3 Tahun Eddy-Jimmy : Bantu Petani Lewat KUR Klaster

SINDEKA.id – Bupati Eddy Berutu melalui Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan, terus melakukan berbagai terobosan unggulan untuk membantu masyarakat dalam pembiayaan permodalan usaha pertanian.
Salah satu programnya, dengan meluncurkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) klaster kepada para petani, khususnya petani jagung dan kopi. Program tersebut sudah berjalan di Kecamatan Tigalingga, Gunung Sitember dan Tanah Pinem.
"Target kita petani harus berhasil, tidak hanya untuk bertahan hidup. Maka oleh bapak bupati Dairi mengeluarkan program KUR klaster. Tujuannya petani tidak lagi kesulitan dalam mengakses permodalan sampai pasca panen. Itu yang sedang dilakukan sampai sekarang dan sedang berlangsung," kata Kadis Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Dairi Robot Simanullang SAB, MAB, Senin (25/4/2022).
Dijelaskan Robot, program yang telah dibuat Bupati Dairi Dr Eddy Keleng Ate Berutu, nantinya perbankan dan off taker menjalin kemitraan dengan petani untuk penyediaan, pembiayaan, pendampingan, dan sarana produksi (Saprodi) serta jaminan pembelian.
Disebutkannya, bagi petani yang ingin mendapatkan klaster KUR kriterianya harus memiliki lahan maksimal seluas 2 hektar, orang itu harus betul-betul petani yang dibuktikan dengan dokumen kependudukan, memiliki lahan pertanian yang dibuktikan surat dari kepala desa.
"Ini nanti yang menjadi pertimbangan bank dan off taker bagi masyarakat untuk ikut sebagai peserta KUR klaster pertanian," terangnya.
Dalam satu hektar dana KUR yang didapat sebesar Rp 15 juta untuk petani jagung. Dana tersebut nantinya tidak diterima dalam bentuk uang kontan, tetapi untuk kebutuhan pengolahan lahan, penyediaan Saprodi dan biaya panen.
"Uang itu langsung masuk ke rekening petani dan automatis terpotong untuk biaya keperluan pertanian, yakni sewa traktor untuk pengolahan lahan, pengambilan pupuk dan obat-obatan pertanian dan biaya panen," sebut Robot.
Untuk memudahkan para petani, hasil panen juga akan ditampung/dibeli oleh off taker sesuai harga yang berlaku saat itu. "Biaya pinjaman ke bank akan dipotong dari penjualan hasil panen dan bila ada sisanya menjadi milik petani," pungkasnya.