Selamat Bekerja Bupati Millenial

Didekat aliran sungai dan hamparan sawah, tidak begitu jauh dari rumah dinas Bupati juga rumah dinas Sekda Pakak Bharat, dirumah yang sangat sederhana sekali (RSSS) dan berdindingkan papan biasa, sepasang suami istri minum kopi sebelum berangkat keladang. Anak-anak mereka terpaksa cuci muka saja untuk berangkat ke sekolah karena air pagi itu tidak mengalir seperti biasanya.
Sabtu pagi kemarin saya sempatkan mampir kerumah mereka, dan pernah bercerita, "…keluarga kami dulunya dilibatkan kalau ada acara/kegiatan desa termasuk jika ada bantuan-bantuan dari pemerintah maupun swadaya namun sejak kepala desa berganti kami tidak pernah dilibatkan dan mendapat bantuan-bantuan, kami tidak tau apakah karena pilihan kami berbeda saat itu…"
Saya seruput kopi hitam yang mereka suguhkan, cukup kental dan minim adonan Gula, saya tau mereka bukan penderita Diabetes sehingga mengurangi konsumsi Gula, tapi karena demi penghematan belanja rumah tangga mereka terpaksa melakukan itu. Ngelloh nami pagit ngo arnia nai jadi terbiasa menum bagen ujar mereka sambil tertawa renyah, guratan di dahi si bapak menggambarkan begitu berat perjalanan hidup yang harus ditempuh namun optimisme hidup terpancar diraut wajah yang begitu hitam dan legam
Disaat kita setiap pagi bisa menikmati secangkir kopi manis dan serapan Lontong maupun mie gomak ataupun kue-kue basah, keluarga diatas jangankan menikmatinya, mungkin membayangkan saja pun tidak berani, dengan hidup yang pas-pas saja untuk 2 orang anaknya mereka sudah bahagia.
Sesungguhnya saya cukup banyak belajar, cara keluarga ini dalam menjalani hidup, bukan sekedar bagaimana Ikhlas dalam segala hal, namun mungkin saja keluarga ini lebih terhormat di mata Tuhan dibanding mereka yang bergelimpangan namun tidak dengan cara halal.
Bahkan sebagai anak muda, saya cukup malu karena relatif tak punya kuasa apapun dalam upaya meningkatkan perekonomian bapak petani ini, seperti gambaran puisi WS Rendra
"..Tangan petani yang berlumpur,
Tangan nelayan yang beragam,
Aku jabat dalam tanganku.
Tangan mereka penuh pergulatan
Tangan – tangan yang menghasilkan.
Tanganku yang gamang
tidak memecahkan persoalan.."
Namun ada secercah harapan saat FBT telah sah menjadi Bupati Pakpak Bharat, bahwa Bupati Millenial ini akan memberikan upaya terbaiknya dalam upaya meningkatkan perkenomian semua warganya terkhusus para petani-nelayan-pedagang-honorer-tenaga harian, dan mereka-mereka maupun keluarga-keluarga yang masuk kategori "miskin"
Istilah vox populi vox dei Suara rakyat adalah Suara Tuhan–jangan sampai berubah menjadi " Suara Rakyat (Bukan) Suara Tuhan. Warga pakpak bharat telah memberikan harapan mereka kepada FBT MO jangan sampai mengingkari suara tersebut
Jadi kita berharap bukan sekedar pertumbuhan ekonomi, tapi ada yang diutamakan, layaknya prinsip SDGs "NO ONE LEFT BEHIND" yg artinya "TAK SATU PUN YANG TERTINGGAL". Jika profesi seorang DPRD, PNS,kantoran, Pemborong, Team Sukses yang masuk pusaran kran-kran ekonomi, dianggab "kelas mulia" mestinya profesi Petani, Peternak,pekerja lepas/harian, dll harus sama posisinya yaitu dengan cara memberikan mereka ruang-ruang ekonomi yang lebih luas
Jangan malah menjadi anomali, kita paham bahwa petani, pedagang kecil, ukm/ikm,peternak, pekerja lepas,dll adalah profesi yang perlu dibantu namun hanya sebatas prihatin-prihatin saja sementara kebijakan kurang mendukung untuk hal tersebut, bahkan terkadang "bisa saja" sistem birokrasi menjadi hambatan bagi kemajuan itu sendiri
Saya jadi ingat kisah Perdana menteri inggris David Cameron.
Cameron terlihat santai dan membaur dengan penumpang dikereta api.Tak terlihat ada perbedaan, tidak ada protokoler, tidak ada perlakuan khusus, semua sama, biasa, dan tidak berlebihan. Sebuah pesan bahwa kehidupan seorang PEJABAT sekalipun Perdana Menteri bisa hidup biasa seperti rakyat biasa lainnya.
Artinya Pejabat Negara, DPRD, Aparatur Sipil Negara maupun stake holder yang terkait lainnya, semuanya itu ada untuk melayani, karena digaji pakai uang negara dan uang negara sebagian berasal dari pajak rakyat, jadi rakyatlah yang menggaji para pns, dprd , maupun pejabat lainnya, bukan sebaliknya malah untuk dilayani oleh rakyat yang menggajinya. Jadi mental-mental Pejabat hasil warisan feodal harus mulai di kikis sampai erosi.
Bagaimana dengan FBT-MO di Pakpak Bharat?
Mari kita dukung sepenuhnya pemerintahan FBT-MO, harapannya semua stake holder bekerja semaksimal mungkin dalam melayani warganya dan memberikan kritik konstruktif bagi kemajuan Pakpak Bharat
Selamat Bekerja Bupati Millenial
@Rakutken



